Islamic Studies

Iyyaka na'budu wa iyyaka nastaien

Nahy Munkar Oo- by: waiman cakrabuana


Kaligrafi-Islam-syahadat-555x416

Amar Ma’ruf (menyeru kepada kebaikan) dan Nahy Munkar (mencegah kemungkaran) adalah kewajiban setiap muslim, bahkan menjadi ciri KHAIRO UMMAT (Ummat Terbaik), selama dilakukan dengan dasar IMAN, Firman Allah Ta’ala:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ

Artinya: “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran (3) ayat 110)

Sebaliknya, jika Amar Ma’ruf dan Nahy Munkar diabaikan maka menyebabkan kondisi yang berbalik menjadi UMAT yg TERLAKNAT seperti Bani Israil pada zaman dahulu, Firman Allah:

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن بَنِى إِسْرَاءِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ . كَانُوا لاَيَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
Artinya: “Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak saling melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS Al-Ma`idah (5) ayat  78-79).
Khusus tentang kemungkaran, maka kemungkaran itu ada yang dilakukan oleh perseorangan, ada yang dilakukan secara kolektif institusional, ada yang merupakan akarnya ada juga yang merupakan cabangnya.
Akar Kemungkaran
Akar dari segala kemungkaran adalah SYIRIK, Lukman Al-Hakim (seperti yang diabadikan dalam Qur’an) menyebut SYIRIK sebagai KEDZALIMAN YANG BESAR (QS 31/13). SYIRIK adalah munkar assasi (penyebab kemungkaran yang lain), sementara yang lainnya adalah munkar Far’i (kemungkaran akibat kemusyrikan).
Kemusyrikan, karena merupakan munkar assasi, maka menjadi prioritas untuk dicegah.  Sebab itulah, maka seluruh para RASUL ALLAH diutus ditengah masyarakat untuk mengajak Makruf (TAUHID) sekaligus mencegah Munkar (SYIRIK), (QS 21/25, 16/36).

Firman Allah: “Dan tidaklah Kami untus seorang Rasulpun sebelum engkau, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku. Maka ibadahilah Aku.” (Al Anbiya: 25)

Sejarah para Nabi telah menggariskan bahwa sebejat dan seburuk apapun kemungkarannya, maka para Nabi berdakwah sekaligus mencegah kemungkaran dengan (prioritas) mengajak masyarakat berTAUHID dan menjauhi SYIRIK (QS 7/59, 7/65, 7/73, 7/83, 7/85, 60/4).

Rasulullah Saw.-pun, ketika mengutus Mu’adz bin Jabal kepada orang-orang Yaman, dia memerintahkan kepadanya:

“Wahai Mu’adz pergilah kepada orang-orang Ahli kitab, pertama kamu serulah mereka (masyarakat) kepada Laa ilaaha illah.” (Shahih Bukhari, Fath ul Baari, jilid 3, hal. 357)

Tegasnya, para Nabi berdakwah secara Radikal, yaitu memprioritaskan mencegah kemungkaran dari akarnya.

Para Rasul mengajak kaumnya untuk BERIBADAH kepada ALLAH saja (QS 16/36), dan menjauhi peribadatan kepada THAGUTH (QS 16/36), yakni mengajak kaumnya untuk mentaati hukum Allah saja dan menjauhi Hukum produk Thaguth (QS 4/65).

 

Kemungkaran Institusional

 

Setelah kita mengetahui bahwa akar kemungkaran adalah kemusyrikan, selanjutnya kita meninjau kemungkaran personal individual dan kemungkaran kolektif institusional.

Kemungkaran Kolektif Institusional lebih besar dan lebih radikal daripada kemungkaran individual. Misalnya perzinahan, minuman keras, perjudian, ekonomi riba, sebagai bentuk-bentuk kemungkaran, bisa marak terjadi disatu negri, jika Negara sebagai institusi membiarkan, atau bahkan melegalkan hal-hal tersebut terjadi.

Kemungkaran yang terjadi di masyarakat tetap tidak akan tercegah jika negara tidak tegas dan tidak melarang perbuatan itu terjadi. Maka mencegah kemungkaran dengan memprioritaskan kemungkaran kolektif institusional menjadi sangat penting, Dan untuk mencegah kemungkaran Institusional ini terjadi, maka dengan memberantas kemusyrikan institusional, yang menjadi filosofi dasar suatu negri.

Para Nabi diutus dengan misi IDZHARUDDIN (QS 42/13, 48/28), yaitu menegakan Sistem Hidup Islam dan memenangkannya diatas sistem hidup yang lainnya. Disini, para Nabi memimpin sebuah pergerakan untuk melakukan Perubahan yang cepat, dan totalitas (REVOLUSIONER).  Merubah dengan menghancurkan Sistem hidup Jahiliyyah, bukan perubahan yang parsial atau sekedar mewarnai Sistem Hidup Jahiliyyah dengan nilai nilai Islam. Sekaligus secara simultan menegakan satusatunya alternatif sistem hidup Islam, yaitu Khilafah (Daulah) Islam, sebab dengan menang dan tegaknya Khilafah dan Daulah Islam, maka:

  1. Otomatis Dinul (sistem hidup) Islam menjadi tegak
  2. Masyarakat (rakyat) menjadi aman dan bebas mengekspresikan keyakinannya
  3. Negara akan menjamin peribadatan Ummat Islam tanpa dicampuri kemusyrikan

Firman Allah Ta’ala:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS An-Nur (24) ayat 55)

oOo

wassalaam

waiman cakrabuana…. admin ArmY ant’s Community

Tinggalkan komentar

Information

This entry was posted on 31 Juli 2013 by in :: JIHAD.

Navigasi